Serangan pandemi COVID-19 tidaklah main-main. Selain menghantam berbagai sektor bisnis seperti pariwisata dan manufaktur, musibah ini pun turut menurunkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Seperti yang kita tahu, pandemi memaksa para siswa untuk belajar dari rumah selama lebih dari satu tahun. Meski terbilang aman, terlalu lama belajar dari rumah ternyata dapat memberikan dampak buruk yang berkepanjangan. Salah satunya adalah learning loss.
Menurut Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji, learning loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik. Atau terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu.
Misalnya, periode libur panjang pada kalender akademik, peristiwa putus sekolah karena kemiskinan hingga penutupan sementara sekolah akibat musibah.
Indra pun mengatakan, kondisi learning loss tidak sepenuhnya terjadi karena pembelajaran jarak jauh atau karena tidak adanya pembelajaran tatap muka.
Learning loss justru kerap kali terjadi karena berpindahnya cara mengajar dari yang awalnya di dalam kelas, sekarang berubah menjadi online.
Dalam kondisi ini, pendistribusian informasi dan komunikasi hanya satu arah, sehingga menyebabkan para siswa menjadi jenuh dan tidak semangat belajar.
Lantas, adakah cara agar generasi penerus kita terhindar dari learning loss?
Cara untuk Cegah Learning Loss
Berbeda dari Pemerintah yang menggelar pembelajaran tatap muka untuk mencegah learning loss, Indra Charismiadji memiliki cara tersendiri untuk menyiasatinya. Berikut ini adalah beberapa caranya:
- Berbekal Growth Mindset
Agar mampu beradaptasi di segala kondisi, pendidik harus memiliki Growth Mindset, yakni pemikiran yang bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Sebagai contoh, pembelajaran jarak jauh ini justru mendorong pendidik dan siswa agar lebih siap dalam menghadapi tantangan era digital yang perkembangannya semakin pesat dari waktu ke waktu.
- Mengerti Socio-Technical Knowledge Management
Di era digital ini, pendidik perlu memahami Socio-Technical Knowledge Management yang terdiri dari infokultur, infostruktur, dan infrastruktur.
Infokultur adalah kegiatan transfer informasi di era digital. Salah satunya dikenal dengan istilah blended learning, yakni perpaduan antara manusia dengan teknologi.
Sementara itu, infostruktur merupakan hal-hal yang berkaitan dengan identitas lembaga di dunia maya. Contohnya adalah alamat situs dan akun-akun sivitas yang berhubungan degnan nama domain lembaga.
Institusi pendidikan harus memiliki domain khusus seperti sch.id atau ac.id untuk penyediaan e-mail guru dan siswa. Hal ini bertujuan agar proses transfer informasi dapat digunakan untuk proses pembelajaran.
Terakhir adalah infrastruktur yang berkaitan dengan sarana dan prasarana, gadget, listrik hingga internet. Infrastruktur merupakan aspek terpenting untuk mendukung keberlangsungan dunia pendidikan di era digital.
- Mampu Menerapkan Kelas Modern
Pendidik perlu menerapkan kelas modern (Flipped Classroom), yakni kelas yang menggabungkan aspek asynchronous dan synchronous secara efektif.
Pada tahap asynchronous, siswa dapat mempelajari materi secara individu di luar kelas, baik saat daring maupun luring.
Indra mengatakan, pemanfaatan aplikasi Learning Management System (LMS) menjadi standar dalam pola ini.
Lalu di tahap synchronous, pertemuan di dalam kelas baik secara daring maupun luring, digunakan untuk aktivitas kolaborasi aktif dari masing-masing siswa yang mendorong penalaran tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan melakukan project based learning – pembelajaran yang dilakukan melalui presentasi, diskusi, bedah kasus, atau debat.
Itulah informasi seputar learning loss yang perlu Anda ketahui. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi para pendidik untuk memberikan pembelajaran yang efektif dan menarik selama masa pandemi.
Bahkan dengan diselenggarakannya pembelajaran tatap muka terbatas oleh Pemerintah, harapannya generasi penerus bangsa tidak ada yang mengalami learning loss.
Dengan begitu, tidak ada anak yang terancam putus sekolah, capaian akademis terus meningkat, dan kesehatan mental serta psikis anak-anak pun tetap stabil.
Namun perlu diingat, Anda tetap harus menerapkan protokol kesehatan ya agar pelaksanaan pembelajaran tatap muka aman dari penularan COVID-19.
Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Buka Pembelajaran Tatap Muka di Tengah Pandemi
Bagi Anda yang ingin menciptakan suasana kelas yang aktif, kolaboratif, dan menyenangkan selama pandemi, tak perlu khawatir.
PT Murni sebagai penyedia solusi untuk berbagai sektor bisnis sejak 1992, menyediakan perangkat ergonomis yang dapat membuat para siswa lebih fokus dan aktif secara fisik di kelas. Ya, Ergotron LearnFit – meja belajar mobile dengan ketinggian yang dapat diatur sehingga memungkinkan siswa belajar dalam posisi duduk atau berdiri.
Selain itu, untuk mendukung proses belajar kelompok yang lebih kolaboratif, meja ini juga dapat berpindah tempat dengan mulus – berkat 4 roda yang dapat berputar sempurna baik di atas lantai keras mau pun berkarpet.
Ergotron LearnFit diproduksi oleh Ergotron, perusahaan dari Amerika Serikat yang telah berpengalaman selama lebih dari 40 tahun dalam mengembangkan produk ergonomis yang mengutamakan kesehatan dan kenyamanan manusia (human-centered design).
Sebagai informasi, PT Murni telah terpilih sebagai distributor resmi Ergotron yang pertama di Indonesia. Untuk mengetahui solusi Ergotron lainnya untuk sekolah, silakan kunjungi website dan e-commerce resmi kami di link berikut.
Anda juga bisa berkonsultasi langsung dengan tim kami melalui nomor Hotline 1500 913 atau email info@murni.co.id.